MAKALAH Akhlak Dalam Ajaran Islam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kholifah
yang bertugas untuk mengelola apa yang ada di dunia ini dengan cara yang baik
sesuai dengan petunjuk dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang manusia
adalah seorang makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang memiliki hak dan
kewajiban untuk saling berinteraksi dengan sesama manusia.
Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan akal dan
pikiran oleh Allah kemudian juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan
cara yang dibenarkan sehingga kehidupan bersama yang damai dan penuh dengan
rasa aman dapat tercapai. Hal yang utama yang mengatur ini semua adalah Akhlak
manusia. Akhlak memiliki peranan yang sangat penting pada diri manusia. Manusia
terlahir dengan sebuah fitrah yang suci, lingkunganlah yang kemudian akan
mengarahkan manusia hendak menjadi manusia yang baik ataukah sebaliknya menjadi
manusia yang berakhlak kurang baik.
Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia
untuk menciptakan akhlak yang baik dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua
manusia agar hidupnya dalam masyarakat selalu tenang dan tentram.
1.2 Tujuan
·
Untuk memahami tentang akhlak manusia
sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan.
·
Untuk memahami faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan akhlak manusia.
·
Untuk memahami akhlak dan hubungannya
dengan segala aspek kehidupan manusia.
1.3 Manfaat
·
Dapat memahami tentang akhlak manusia
sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan.
·
Dapat memahami faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan akhlak manusia.
·
Dapat memahami akhlak dan hubungannya
dengan segala aspek kehidupan manusia
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Bagaimanakan pengertian akhlak,
etika, dan moral?
Akhlak, etika dan moral tentunya
sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, ketiga kata tersebut sering
disebut-sebut sebagai ukuran atau standart kehidupan manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Tetapi, meskipun begitu masih banyak diantara kita yang kurang
dapat membedakan antara ketiganya, sebab dari akhlak, etika dan moral memiliki
subyek dan objek yang sama yaitu manusia sebagai pelaku yang sekaligus contoh
objek dari sikap itu sendiri. Oleh sebab itu untuk dapat menerapkannya kitapun
perlu untuk memahami perbedaan baik secara prinsip maupun secara harfiah dari
ketiganya.
2.2 Darimanakah akhlak bersumber dan
bagaimanakah karakteristik akhlak?
Akhlak sebagai objek yang
berorientasi pada sikap-sikap dan perilaku manusia sebagai sebjek pelaksananya
tentu memiliki asal mula atau sumber yang menyebabkan akhlak dipandang sebagai
hal yang penting dalam kehidupan manusia. Akhlak juga memiliki karakteristik
yang kemudian menjadi dasar bagi manusia untuk dapat menjadikannya sebagai
pedoman dalam bersikap dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan mengetahui sumber
dan karakteristik akhlak maka kita akan dapat memahami mengapa kita menjadi
penting untuk menerapkan akhlak yang sesuai dan dibenarkan.
2.3 Bagaimanakah prinsip-prinsip akhlak?
Akhlak sebagai ciri khas dari manusia
sebagai makhluk yang beradab merupakan sebuah implementasi dari faktor-faktor
yang dibawa oleh manusia itu sendiri. Hal ini menandakan bahwa meskipun akhlak
dianggap sebagai sebuah sikap yang harus dilakukan oleh manusia dengan cara
yang baik tetapi manusia itu sendiri memiliki pembawaan yang kemudian melebur
dalam sikap yang dapat kita lihat.
2.4 Bagaimanakah contoh penerapan atau
aktualisasi akhlak dalam kehidupan?
Akhlak dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari. Akhlak ada yang baik dan ada yang buruk sedangkan yang
kita harapkan adalah akhlak yang baik atau mahmudah. Akhlak yang berhubungan
dengan cara kita berinteraksi dengan manusia yang lain, juga dengan makhluk
hidup yang lain dan juga Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting
sehingga perlu adanya pendalaman tentang akhlak itu sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Akhlak
Menurut (Sahilun A,1980), kata
“Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan khaliqخَالِقٌ yang berarti pencipta, demikian pula dengan akhluqun مَخْلُوْقٌ yang berarti yang
diciptakan.
Kata akhlak menunjukkan sejumlah
sifat tabiat fitri atau asli pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan
hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat
batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang terwujud dalam
perilaku.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa akhlak ditinjau dari
aliran atau ajaran yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis juga
didefinisikan akhlak sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam
bermasyarakat). Sedangkan menurut aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan
aliran yang dianutnya.
Menurut aliran utilitarianisme
(menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme (menekankan oada panggilan alam
atau kejadian manusia itu sendiri atau fitahnya). Maka jika sifat tersebut
melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal
dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik (mahmudah). Tetapi manakala ia
melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk (madzmumah).
Pengertian sikap positif yang
termasuk dalam akhlak yang terlihat melalui perilaku dapat ditunjukkan dengan beberapa
sikap, tabiat, watak atau kebiasaan misalkan sikap pemaaf, amanah, sabar,
rendah hati, dll. Sedangkan sikap negatif misalkan sikap pemarah, pendendam,
dengki, khianat, sombong dll. Hal yang menentukan apakah suatu perbuatan itu
baik atau buruk adalah norma-norma agama yang bersumber dari al-Haq yaitu Tuhan
YME.
Disebut akhlak karena dilakukan
berulang-ulang dan timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang.
Moral adalah istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik dan buruk. Dimasukkannya
penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas menunjukkan salah satu
perbedaan moral dan akhlak, sebab salah benar adalah penilaian dipandang dari
sudut hukum yang ada di dalam agama islam tidak dapat dicerai pisahkan dengan
akhlak, seperti yang telah disinggung di atas.
Akhlak islami berbeda dengan moral
dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu
yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta norma yang
terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang
buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan
norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri
sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan
suatu perilaku atau perbuatan manusia di dalam agama dan ajaran islam adalah al
quran yang dijelaskan dan dikembangkan oelh Rasulullah dengan sunah beliau yang
kini dapat dibaca di dalam kitab-kitab hadist. Yang menentukan perbuatan baik
atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam
masyarakat pada suatu tempat di suatu masa.
Oleh karena itu dipandang dari
sumbernya akhlak islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang
moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu.
3.2 Sumber dan Karakteristik Akhlak
Akhlak dalam islam sangatlah menjadi
faktor pembeda atau penciri yang menunjukkan perilaku hidup umat manusia dari
umat pemeluk agama lain. Karakteristik akhlak ini dapat diterapkan atau sesuai
untuk semua kelas individu baik ditinjau dari ras, suku, lingkungan, kehidupan
sosial masyarakat dan lain sebagainya.
Menurut Qardhawy (1997) dalam Daras
(2006) karakteristik akhlak ada tujuh, yaitu:
1.
Moral yang beralasan serta dapat
difahami
Akhlak yang
harus disandang oleh seluruh umat islam bukanlah sesuatu yang bersifat
dokmatis, tetapi sesuatu yang logis dan masuk akal. Maksudnya logis adalah
dapat diargumentasikan dan dapat diterima oleh naluri manusia dan akal sehat.
Hal ini mencakup tentang pembahasan tentang kebaikan atau kemaslahatan dan
keburukan yang dilarang olehNya.
2.
Moral Universal
Dalam hal ini
moral bersifat umum, berlaku untuk semua umat di dunia, tidak terbatas atas
ras, suku, kebangsaan, golongan, kesukuan atau kaum. Pada dasarnya, moral
universal ini didasarkan oleh karakter manusia, jadi setiap umat akan memiliki
landasan moral yang seharusnya sama, tidak dibeda-bedakan.
3.
Kesesuaian dengan fitrah manusia
Islam
memberikan pengakuan terhadap status manusia sebagai ciptaan Allah yang
diberikan fitrah, keinginan, kecenderungan dan dorongan dari dalam jiwanya
untuk berbuat. Manusia diperbolehkan untuk memiliiki apa saja yang dia sukai,
dan melakukan apa saja yang ingin dia kerjakan asalkan tidak menyimpang dari
ajaran islam. Islam datang untuk memberikan batasan-batasan demi
kebaikan-kebaikan hidup manusia di dunia. Islam tidak mengubah fitrah yang ada
pada diri manusia melainkan menyempurnakannya atau melengkapinya agar manusia
dapat bertindak secara bijaksana terhadap apa yang ada dalam dirinya agar dalam
kehidupannya dapat bersikap dengan baik sesuai dengan batasan yang dijelaskan.
4.
Memperhatikan realita
Seperti yang
telah dijelaskan pada poin satu bahwa moral islam adalah sesuatu yang logis dan
sesuai nurani manusia. Realita adalah hal yang mengarah pada keadaan manusia
sehari-hari yang menunjukkan keinginan manusia pada hal-hal yang bersifat
duniawi, sebab hal itu tentu tidak mungkin dapat dihilangkan dari diri manusia
sebagai makhluk sosial. Al-quran tidak mengekang manusia untuk tidak melakukan
apa yang secara alamiah dia inginkan, hanya saja Al-quran mengatur kita agar
kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan sesuai dengan akal sehat dan
pertimbangan kebaikan bersama. Dapat dicontohkan, kita tentu tidak bisa berbuat
baik atau menganggap seorang musuh sebagai kawan, akan tetapi al-quran memberikan
batasan agar bahwa kita tidak boleh berlaku tercela sekalipun kepada musuh
kita, kita harus berlaku adil dengan tidak melakukan pelanggaran. Dalam konteks
lain yang lebih universal dapat dijelaskan bahwa memandang realita maksudnya
adalah memberikan kita kebebasan untuk berperilaku tetapi tetap harus berpegang
pada Al-Quran.
5.
Moral positif
Dalam islam,
selain seseorang itu harus memiliki moral yang baik dia harus memiliki
ketangguhan dalam menghadapi cekaman sosial politik yang terjadi di luar.
Sering kita jumpai bahwa manusia cenderung terbawa oleh arus yang terjadi di
lingkungannya, bisa saja seseorang yang tadinya memiliki moral yang baik tetapi
karena mengikuti trend sosial yang salah maka akan menyebabkan moralnya menjadi
tidak baik. Oleh karena itu, dalam al-quran telah dijelaskan pula bahwa sebagai
seorang mukmin kita tidak diperkenankan untuk tinggal diam melihat kemunduran
kondisi sosial dan politik yang terjadi, maka selain kita harus tetap
mempertahankan moral islam kita, kita juga diperintahkan untuk mengubah semua
paradigma sosial politik yang salah dimulai dari diri kita sendiri.
6.
Komprehensifitas
Moral islam
adalah sebuah batasan dan cakupan yang kompleks. Tidak benar anggapan sebagian
orang tentang islam yang menganggap bahwa islam hanyalah tentang kegiatan
keagamaan, ibadah, seremonial dan sebagainya yang mendekatkan diri sebagai umat
kepada Tuhannya. Lebih dari itu, islam mengatur pula bagaimana kita sebagai
makhluk sosial untuk berperilaku sesuai porsinya sehingga kita sebagai umat
islam akan memiliki nilai susila yang tinggi dan ajaran yangluhur. Moral islam
mengatur hubungan mansia dengan Tuhannya, serta hubungan manusia dengan
manusia.
7.
Keseimbangan hidup atau tawazun
Dapat
digambarkan secara umum bahwa kita harus bersikap adil terhadap apapun yang ada
di dunia ini. Sebagai makhluk individu kita harus adil terhadap kebutuhan dan
pemenuhan kebutuhan ruh dan raga kita. Jika dilihat dari konteks manusia
sebagai makhluk hidup dengan Tuhannya maka dapat digambarkan bahwa manusia
sebagai kholifah di dunia ini, maka kita harus dapat memanfaatkan apa yang ada
di dunia ini seoptimal mungkin untuk kesejahteraan kita selama ada di dunia,
namun demikian kita juga harus ingat bahwa pemenuhan bekal kita di akhirat sebagai
makhluk Tuhan yang pasti akan kembali juga harus dipenuhi.
3.3 Prinsip-Prinsip Akhlak
Prinsip-prinsip Akhlak digambarkan
dengan faktor-faktor awal yang membentuk akhlak manusia. Dapat dijelaskan bahwa
faktor pembentuk akhlak ada dua yaitu faktro intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri
sebagai sifat bawaan sejak lahir, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor
yang berasal dari pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kejiwaan manusia. Ada
enam prinsip akhlak yang dijelaskan dalam Daras (2006) yaitu sebagai berikut
ini:
1.
Intrik atau naluri
Intrik atau naluri adalah sifat dasar
manusia yang dibawanya sejak lahir. Naluri secara umum dijelaskan sebagai suatu
sifat yang dilakukan dengan tanpa harus berlatih tetapi muncul dengan
sendirinya dari dalam diri manusia yang bersangkutan untuk mencapai tujuan
tetentu. Naluri berasal dari dalam jiwa manusia sebagai faktor psikologi.
Contoh naluri manusia adalah:
a.
Naluri untuk makan (nutrive
instinct). Naluri ini dibawa sejak lahir oleh manusia untuk dapat bertahan
hidup dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang,
b.
Naluri berjodoh (sexual instinct).
Naluri ini dijelaskan sebagai kebutuhan biologis manusia (laki-laki dan
perempuan),
c.
Naluri keibu-bapakan (Paternal
instinct). Sikap kecintaan terhadap anak-anak sebagai seorang ayah atau ibu,
d.
Naluri berjuang (combative instinct).
Sikap manusia untuk menjawab tantangan, menghindari gangguan, dan
mempertahankan diri dari serangan,
e.
Naluri ber-Tuhan. Tabiat manusia
untuk dapat merasakan rindu dan menunjukkan kecintaannya kepada Allah sebagai
makhluk Tuhan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan beragama.
Naluri dapat membawa manusia kepada
jalan yang benar tetapi terkadang juga kepada jalan yang salah tergantung
kepada individu yang memiliki naluri tersebut untuk dapat memanagenya.Sehingga
islam hadir untuk membantu manusia dalam mengendalikan nalurinya agar tidak
aniaya terhadap diri sendiri tetapi dapat tersalurkan sesuai dengan tuntunan
dari Ilahi.
2.
Keturunan
Salah satu yang menjadi dasar dalam
penurunan moral dan etika adalah berasal dari nenek moyang. Dalam Daras (2006)
diilustrasikan bahwa manusia itu ibarat satu pohon, dari batang ke cabang,
kemudian dari cabang ke ranting akan menunjukkan kesamaan atau paling tidak
kemiripan. Begitu pula dalam diri manusia, moral manusia adalah sebagian dari
apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Selain fisik yang sama, kemungkinan akan
memiliki sikap, perasaan, dan etika dalam hidup yang sama. Sikap umum hingga khusus
yang dapat diwariskan adalah sebagai berikut ini:
a.
Manusia menurunkan selain sifat fisik
juga mental yang berupa pembawaan mental, moral, etika dan perasaan yang
diwariskan kepada generasi selanjutnya, hal ini adalah sebuah keistimewaan bagi
manusia.
b.
Selain sifat manusia yang diwariskan
secara general, terdapat juga pengaruh dari kebangsaan, suku atau ras. Umumnya
setiap negara, suku dsb akan mewariskan sifat-sifat khusus yang berasal dari
hasil kebudayaan nilai norma yang terbentuk di masyarakatnya. Hal ini termasuk
ke dalam aspek Antropoligi dan Etnologi.
c.
Sifat yang paling inti adalah sifat
yang diturunkan oleh keluarga yang dipimpin oleh kedua orang tua sebagai
indukkan. Sifat fisik akan sangat nyata kemiripannya atau kesamaannya, begitu
juga dengan pewarisan tentang sikap, nilai dan norma yang tertanam di dalam
jiwa manusia yang menghadirkan bentuk moral padanya.
3.
‘Azam
‘Azam adalah sebuah kemauan atau
keinginan yang keras yang hadir dalam pemikiran dan hati manusia untuk dpat
melaksanakan suatu hal tertentu. ‘Azam ini akan membawa manusia dalam kekerasan
hati untuk berlaku yang baik atau yang buruk. Telah dicontohkan pada diri
Rasulullah SAW, tentang sikap keras pada pendirian dan kemauan yang besar untuk
bertahan dalam menghadapai sesuatu demi kebaikan, hal inilah yang seharusnya
kita contoh. Ada dua contoh kehendak yaitu:
a.
Kelemahan kehendak, yaitu sikap
kurang adanya kemauan untuk berjuang, untuk bertahan atau dengan kata lain
dapat digambarkan sebagai sikap mudah menyerah. Kurangnya kemauan menyebabkan
manusia malas untuk berusaha.
b.
Kehendak yang kuat tetapi kearah yang
salah, hal ini dapat ditunjukkan dengan pola hidup yang merusak dan dzalim.
4.
Dlamir atau suara Batin
Suara batin adalah sebuah panggilan
atau perasaan senang atau tidak senang terhadap suatu perbuatan yang telah dia
lakukan sediri. Sederhananya, apabila kita melakukan kesalahan yang melanggar
dari batasan yang telah ditetapkan maka akan timbul rasa sesal atau rasa
bersalah karena perbuatan yang telah kita lakukan. Peran hati dalam hal ini
adalah untuk mencegah kita melakukan keburukan dan berubah untuk melakukan
kebaikan. Panggilan hati lebih utamanya adalah panggilan untuk berbuat kebaikan
yang merupakan kewajiban umat manusia.
5.
Kebiasaan
Perilaku yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menyebabkan syaraf otak kita menjadi terpengaruh dan
menjadikannya perbuatan rutinan yang kita lakukan. Secara lebih rinci, setiap
kali kita melakukan perbuatan maka hal itu akan membekas di dalam otak kita,
maka apabila kita diminta untuk mengulanginya maka akan lebih mudah bagi kita.
Setiap kali perbuatan itu dilakukan akan semakin memberikan bekas dan melatih
otak untuk mengingat dan melakukan perbuatan itu.
Untuk merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik
maka hal yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut:
·
Niat yang sungguh-sungguh
·
Kesadaran akan pentingnya perubahan
tersebut
·
Selalu istiqomah dan setia terhadap
usaha yang dilakukan
·
Mengisi waktu kosong dengan berlaku
yang baik agar kebiasaan dapat bergeser
·
Mencari kesempatan untuk melaksanakan
niat tersebut
·
Berusaha menolak apabila kebiasaan
buruk itu akan muncul lagi
6.
Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini menunjukkan
adanya perbedaan akhlak manusia berdasarkan lingkungannya, baik secara
geografis maupun sosial. Secara sosial maka manusia sebagai makhluk sosial
pasti melakukan interaksi dengan masyarakat, hal ini menimbulkan hadirnya
pemahaman mengenai sikap-sikap yang kemudian tertanam di dalam dirinya sehingga
terbentuk menjadi akhlak.
3.4 Contoh Penerapan atau Aktualisasi
Akhlak dalam Kehidupan
Aktualisasi akhlak
adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan
mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari. Dan
akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang Muslim agar dalam
kehidupan sehari-hari mendapatkan ridho dan petunjuk dari Allah, sehingga dalam
menjalani hari-hari tidak terdapat kendala yang berarti.
Penerapan akhlak
yang baik dalam keseharian yaitu seperti:
- Akhlak terhadap
Allah
·
Mentauhidkan Allah
(QS. Al Ihlas: 1-4)
·
Tidak berbuat
musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)
·
Bertakwa pada Allah
(QS. An Nisa’:1)
- Akhlak terhadap
Rasulullah
·
Mengikuti atau
menjalankan sunnahnya (QS. Ali Imran: 30)
·
Meneladani akhlaknya
(QS. Al Ahzab: 21)
·
Bershalawat
kepadanya (QS. Al Ahzab: 56)
- Akhlak terhadap
diri sendiri
·
Sikap sabar (QS. Al
Baqarah: 153)
·
Sikap syukur (QS.
Ibrahim: 7)
·
Sikap amanah atau
jujur (QS. Al Ahzab: 72)
·
Sikap Tawadlu’
(rendah hati) (QS. Luqman: 18)
·
Cepat bertobat jika
berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135)
- Akhlak pada
keluarga
·
Birul waliadin
(berbakti pada ketua orang tua) (QS. An Nisa’:36)
·
Membina dan mendidik
keluarga (QS. At-Tahrim: 6)
·
Memelihara keturunan
(QS. An Nahl: 58-59)
- Akhlak terhadap
sesama manusia
·
Merajut ukhuwah atau
persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)
·
Ta’awun atau saling
tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)
·
Suka memaafkan
kesalahan orang lain (QS. Ali Imran: 134 & 159)
·
Menepati janji (QS
At Taubah: 111)
- Akhlak terhadap
sesama makhluk
·
Tafakur
(memperhatikan dan merenungkan ciptaan alam semesta) (QS. Ali Imran: 190)
·
Memanfaatkan alam
(QS. Yunus: 101)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Akhlak dapat menentukan perilaku suatu umat
yang terwujud dalam moral dan etika dalam kehidupan. Sehingga dapat menentukan
mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga manusia dapat menentukan pilihan
yang terbaik dalam hidupnya. Dalam islam akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang menjadi pedoman hidup kaum. Maka dari itu umat islam selama
masih berpegangan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam proses kehidupannya, maka
dijamin bahwa kualiatas hidup suatu umat akan baik, terhindar dari hal-hal menyesatkan
yang dapat membawa pada kehancuran baik di dunia dan di akhirat. Karena semua
tatanan kehidupan terdapat dalam sumber tersebut.
Dengan kata lain, akhlak adalah suatu sistem yang
mengatur perbuatan manusia baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam
interaksi hidup antara manusia dengan baik secara individu, kumpulan dan
masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia sesama
manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam
sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu kaum
memiliki akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
DAFTAR
PUSTAKA
Sahilun A. 1980. Nasir, Etika dan
Problematikanya Dewasa ini. PT. Al-Ma’arif: Bandung
Tim Dosen Agama Islam. 2002. Pendidikan
Agama Islam. UB: Malang
Betway Casino Review & Bonus Code - JMHub
ReplyDeleteBetway Casino was founded in 문경 출장샵 2014 and has been 이천 출장샵 around since then, providing gambling, 당진 출장마사지 sports betting and 서귀포 출장샵 casino games to various 평택 출장샵 online