JIKA AKU MENJADI GURU PROFESIONAL
Jadi
seorang Guru adalah impian saya. Menjadi seorang guru itu kadang mudah kadang
sulit. Tapi untuk jadi guru profesional perlu proses yang panjang dan tentunya
sulit. Guru profesional, dalam arti saya adalah guru yang bertanggung jawab
atas tugas-tugas yang diterima oleh seorang guru. Tugas utama sebagai seorang
guru adalah, mengajar, mendidik, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa-siswinya,
itu bagian yang sulit menjadi seorang guru. Butuh pengabdian dan ketekunan
untuk membuat siswa menjadi pintar, dan dapat meraih cita-citanya, harus
membutuhkan seorang guru yang profesional. Dimana guru tersebut memiliki bakat
mengajar yang sangat baik, kreatif, disiplin, dan menarik. Guru yang
profesional memiliki keakraban dengan siswa-siswinya, memiliki komunikasi yang
baik terhadap siswa-siswinya, membuat suasana kelas menjadi nyaman dan
mengasyikkan.
Banyak
teman saya yang mengatakan bahwa guru zaman sekarang hanya mengandalkan gaji,
dan banyak yang korupsi. Bukan korupsi uang, tetapi korupsi waktu. Karena
sekarang ini guru sering terlambat masuk kelas, bahkan sampai sering tidak
masuk kelas. Sehingga sering ada jam kosong, dan jam kosong menimbulkan
keramaian kelas atau kelas menjadi gaduh. Dan ada juga guru yang makan atau
minum, merokok, sms-an, telfon-telfonan, tidur, duduk di atas meja saat
mengajar, suka memarahi muridnya, tidak sabar, pamer, sombong, membuang sampah
sembarangan dan lain sebagainya. Namun tidak semua guru bersifat seperti itu,
saya yakin pasti guru di Indonesia ini memiliki sadar diri, bahwa ia adalah
seorang guru, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi guru yang baik.
Jika
saya menjadi Guru, dan jika ditakdirkan sebagai guru, dan ingin menjadi guru
yang hebat dari yang terhebat, saya ingin menjadi guru yang menjadi idaman
siswa-siswinya. Yang bisa berperan sebagai guru, orangtua, teman, sahabat, maupun
saudara kepada siswanya. Aku ingin jadi Penerus Pengajar Bangsa yang
bertanggung jawab. Aku ingin menjadi seorang guru yang disukai siswa-siswinya.
Mengajar dengan tulus dan ikhlas, tanpa memikirkan seberapa besar gaji yang
saya terima. Aku ingin membuat anak-anak tersenyum dan bisa merasakan asyiknya
pendidikan itu. Aku ingin mengajar di daerah-daerah terpencil sampai di daerah
yang luas. Aku ingin mengajar terhadap deretan anak-anak yang susah mendapatkan
pendidikan atau tidak mampu, sampai ke anak-anak yang mudah untuk mendapatkan
pendidikan. Aku ingin mengajar terhadap anak-anak yang kurang normal dan mengalami
gangguan mental, seperti anak yang idiot,autis, fobia, dan gangguan mental
lainnya. Serta anak-anak yang tidak normal fisik, seperti buta dan tuli. Aku
ingin mengajar terhadap orang-orang yang dulu tidak pernah berpendidikan,
misalnya orang dewasa atau tua yang belum bisa membaca, menulis, membedakan
warna, berhitung, dan lain sebagainya .Aku ingin mengubah negaraku ini menjadi
negara yang berpendidikan tinggi, tidak saling dibodohi dan membodohi. Aku
ingin di negeri ini banyak orang yang bisa jadi penerus bangsa dan membuat bangsa
ini adil , makmur, dan sejahtera.
Aku
ingin jadi Pengajar yang bertanggung jawab, jadi pengajar yang sukses mendidik
siswa-siswinya. Dan saya tidak mau menjadi pengajar yang berpenyakitan dan
tidak bertanggungjawab atas tugas yang diberikan oleh saya. Misalnya Penyakit AIDS
(Asal Isi Daftar Siswa), Entah itu daftar kehadiran/absensi siswa, daftar nilai
siswa, dan daftar-daftar yang lainnya. Karena setiap kenaikan semester/kelas
guru ditugasi untuk menyetorkan daftar kehadiran dan nilai siswa. Guru yang
hanya mengisi daftar absensi dan daftar nilai siswa itu bukan kriteria saya untuk menjadi calon guru. Penyakit
Bisul (Bisanya Cuman Ngasih Soal). Guru yang setiap harinya memberikan soal-soal
kepada siswa-siswinya dan jarang menerangkan atau memberikan materinya.
Sehingga siswa tidak faham dan kesulitan dalam mengerjakan soal. Dan jika
terlalu sering siswa diberikan soal, maka siswa akan bosan dan bahkan tidak
menyukai mata pelajaran tersebut, dan itu bukan kriteria saya untuk menjadi
calon guru. Penyakit Gatel (Gak Pernah Gak Telat). Seorang guru yang tidak
pernah tidak telat, maksudnya guru yang selalu terlambat masuk kelas. Pastinya
masih ada siswa ramai di kelas. Seharusnya guru itu disiplin waktu, agar siswa
juga aktif dalam belajar. Guru yang sering terlambat seperti itu, bukan
kriteria saya untuk menjadi calon guru. Penyakit Panu (Pakaian Kuno) dan Pilek
(Pakaian Jelek dan Kusut). Kerapian dalam segi apapun harus diperhatikan,
utamanya rapi dalam berpakaian. Jika guru memakai pakaian yang kuno, jelek,
kusut, dll, otomatis siswa tidak sedap memandangnya. Dan itu bukan kriteria
saya untuk menjadi calon guru. Penyakit Tumor (Tukang Humor). Guru yang selalu
memberikan humor-humor atau leluconnya yang segar-segar. Memang itu baik,
tetapi jika kebanyakan guyonannya dari pada menyampaikan materinya, itu yang
menjadi masalahnya. Sebaiknya itu tidak dilakukan oleh guru, karena jika sering
banyak guyonannya, itu membuat siswa mengentengkan kepada guru tersebut, dan
bisa-bisa siswa tidak sopan terhadap guru tersebut. Dan guru yang seperti itu,
bukan kriteria saya untuk menjadi calon guru. Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit
lainnya yang tidak saya inginkan jikalau nanti saya menjadi seorang guru.
Jika
saya menjadi seorang guru, dan ingin sekali dikenal sebagai guru yang profesional
serta bertanggung jawab, pertama-tama saya akan merencanakan perencanaan pengajaran
saya. Seorang guru harus mempunyai target yang harus dicapai siswa. Misalnya
dalam setiap 3 pertemuan, 1 bab harus diselesaikan. Langkah yang selanjutnya sebelum
masuk kelas berniat dan berdoa. Masuk kelas dengan tepat waktu, sekitar 3 menit
setelah bel masuk. Mengucapkan salam dengan memberikan senyuman semangat kepada
para siswa-siswi. Sebelum pelajaran dimulai hendaknya berdoa terlebih dahulu
menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Sebelum saya mengajar saya harus menguasai
materi-materi yang saya sampaikan nanti, dengan lancar, lantang, tidak terlalu
cepat dan tidak terlalu lambat., agar siswa-siswi faham, mengerti, tidak
mengantuk dan tidak bosan,. Nah, setelah saya menerangkan, saya akan menanyakan
kepada mereka, “Apakah kalian sudah faham?” “Apa ada yang ditanyakan?”.
Biasanya siswa-siswi tidak ada yang tanya, dikarenakan mungkin malu, takut,
sudah faham, belum faham tapi grogi, kurang PD (Percaya Diri), atau ada hal
yang lainnya. Saya juga sebagai siswa juga malu bertanya, takut, grogi, dan
kurang PD. Tetapi saya teringat ada kata pepatah “Malu Bertanya Sesat Di
Jalan”. Jadi saya sedikit demi sedikit sudah lumayan berani bertanya dan
menjawab pertanyaan. Cara saya sebagai guru untuk mengurangi hal tersebut, saya akan memberi hadiah atau
nilai untuk siswa-siswi yang bertanya dan menjawab pertanyaan dari saya. Hanya
mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan, walaupun jawaban itu benar atau
salah, tidak masalah bagi saya, tetap saya beri nilai + (Plus) . Bagi saya yang
tersulit adalah cara menghidupkan suasana kelas. Saya harus menguasai setiap
kelas, apakah siswa-siswinya Santai?
Enak diajak bercanda? ataukah Serius? saya harus mengetahui watak-watak dari
setiap kelasnya. Tetapi jangan terlalu santai atau banyak guyonannya saat
mengajar, tetaplah Serius tapi Santai. Jadi saya harus menyiapkan sedikit
guyonan, agar siswa tidak bosan, dan mengantuk apalagi pada saat jam-jam
terakhir. Selain guyonan, ada juga sebuah permainan, seperti permainan tepuk-tepuk,
pijat-pijat, game melatih kejujuran, kuis berhadiah, konsentrasi, dan lain-lain
yang bisa menyemangatkan semangat belajar.
Jika
memberikan soal, soal pertama dibuat mudah-mudah dahulu, kemudian ke tingkat
yang sulit dan menantang. Tetapi tidak semua soal harus jawabannya ada di buku,
tapi jawabannya menurut pendapat masing-masing anak, agar anak menjadi kreatif,
cerdas, dan aktif. Dan berusaha agar siswa tidak saling mencontek dan agar bisa
bekerja sendiri. Jika setiap bab materi sudah selesai, pastinya akan ada ulangan
harian/uji coba, untuk melatih dan mengulang kefahaman dan mengingatnya materi
siswa. Ulangan harian haruslah jujur, dan harus diawasi dengan sangat ketat.
Meskipun siswa takut, tapi menurut saya itulah yang terbaik, untuk melatih kejujuran
siswa. Seperti biasa, jika nilai siswa kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), maka akan diuji kembali, atau biasa disebut Remidi.
Saya
ingin sekali menjadi seorang guru seperti Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
yaitu sering dikenal Ki Hadjar Dewantara. Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantara yang sangat dikenal di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sung Tulada,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Arti dari semboyan ini adalah: Ing
ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau
contoh tindakan yang baik). Ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara
murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide). Tut wuri handayani (dari
belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Yang pada intinya
bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi
panutan bagi orang lain yang memberi suri tauladan kepada siswa-siswinya.
Memang
susah menjadi seorang guru itu. Apalagi bercita-cita sebagai guru yang
profesional. Tapi saya yakin, dengan adanya belajar, kerja keras, dan do’a. Impian
itu bisa digapai. Tapi jika memang itu tidak ditakdirkan oleh tuhan sebagai
seorang guru, tetap bersabarlah, karena tuhan pasti memberikan jalan untuk
setiap hambanya. Jika saya nanti menjadi seorang guru, saya ingin mewujudkan
semua impian saya ini. Semoga impian saya terwujud dan dapat menjadi Guru yang
bertanggung jawab dan menjadi yang terbaik dari yang terbaik alias Guru
Profesional. Amin...!!
0 comments:
Post a Comment