Komunikasi Radio di Industri Pertambangan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi saat ini semakin meningkat dalam penggunaan
gelombang elekromagnetik dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang elektromagnetik
sebenarnya selalu ada disekitar kita, salah satu contohnya adalah sinar
matahari, gelombang ini tidak memerlukan medium perantara dalam perambatannya.
Contoh lain adalah gelombang radio. Tetapi spektrum gelombang elektromagnetik
masih terdiri dari berbagai jenis gelombang lainnya, yang dibedakan berdasarkan
frekuensi atau panjang gelombangnya. Kemajuan ini disebabkan oleh salah seorang
ahli fisikawan meneliti tentang
Gelombang elektromagnetik yaitu Hipotesis Maxwell, Hipotesis ini yang
melahirkan/memunculkan gagasan baru tentang gelombang elektromagnetik.
Keberhasilan Maxwell dalam menemukan teori gelombang elektromagnetik membuka
cakrawala baru di dunia komunikasi. Keberhasilannya dapat dilihat dari Sistem
komunikasi radio, televisi, telepon genggam, dan radar yang merupakan
keberhasilan oleh Maxwell. Dunia terasa begitu kecil sehingga berbagai
peristiwa yang terjadi di belahan bumi, tidak peduli jauhnya, dapat segera
diketahui dan disebarluaskan melalui sarana yang memanfaatkan gelombang
elektromagnetik, bahkan dunia di luar bumi. Dewasa ini, kegunaan
Elektromagnetik tidak hanya bermanfaat di bidang teknologi, tetapi merambah ke
bidang kehidupan lainnya, antara lain yaitu bidang kedokteran, bidak industri,
bidang pangan, dan lain-lain.
Keunggulan teknologi
komunikasi digital memudahkan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan manusia,
sehingga teknologi komunikasi digital kini menjadi bagian dari hidup manusia
yang krusial dalam berbagai bidang di masyarakat, mulai dari bidang pendidikan,
kesehatan, pangan, keamanan, transportasi, hiburan/entertainment, olah raga,
industri dan bisnis, hingga pertambangan. Salah satu media massa yang hingga
sekarang masih menjadi pilihan bagi khalayak ditengah berkembangnya media baru
adalah radio. Perkembangan jaman tidak membuat khalayak meninggalkan radio
sebagai pemenuhan informasi mereka. Masing-masing khalayak memiliki alasan atau
motif tertentu, sehingga tetap memilih radio sebagai sumber informasi mereka
daripada menggunakan media massa yang lainnya seperti televisi dan internet. Sistem komunikasi pertambangan sedikit berbeda dengan sistem
komunikasi radio biasa, karena topografi area tambang yang biasanya terdiri
dari bukit-bukit danlembah sehingga mempersulit komunikasi antara HT dan Radio
Komunikasi Rig. Terutama pada Tambang tertutup atau bawah tanah. Maka dari itu,
penulis mengambil judul Komunikasi Radio di Industri Pertambangan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu komunikasi radio?
2.
Apa
saja sistem-sistem komunikasi radio ketika di Industri pertambangan?
3.
Bagaimana
cara berkomunikasi yang baik di Industri pertambangan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apa itu komunikasi radio?
2.
Untuk
mengetahui apa saja sistem-sistem komunikasi radio ketika di Industri
pertambangan?
3.
Untuk
mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik di Industri pertambangan?
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
A.
Sejarah Singkat Radio
Sejarah
radio adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang
menggunakan gelombang radio. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan
melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM),
maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut
analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan
sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Rata-rata
pengguna awal radio adalah para maritim, yang menggunakan radio untuk
mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah
satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada Rusia
saat Perang Tsushima pada tahun 1901. Salah satu penggunaan yang paling
dikenang adalah saat tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912, termasuk
komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dengan kapal terdekat dan
komunikasi ke stasiun darat. Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan
komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang
Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika
kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan
Program 14 Titik Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika
perang. Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an, dengan populernya pesawat radio,
terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Selain siaran, siaran titik-ke-titik,
termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an
dan 1930-an Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah untuk
mengembangan pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan
radar. Sekarang, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel,
komunikasi bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi
terkenal, siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show, dan
banyak hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
B.
Pengertian Komunikasi Radio
Komunikasi radio yang dimaksud
adalah komunikasi tanpa kabel yang
memanfaatkan udara (ruang hampa/free
space) sebagai media transmisi untuk perambatan gelombang radio (yang
bertindak sebagai pembawa sinyal informasi). Prinsip komunikasinya dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Prinsip komunikasi radio
Sistem
terdiri atas dua bagian pokok, yaitu pemancar (Tx) dan penerima (Rx). Pemancar
terdiri atas modulator dan antena pemancar, sedangkan penerima terdiri atas
demodulator dan antena penerima. Modulator berfungsi memodulasi informasi
menjadi sinyal yang akan dipancarkan melalui antena pemancar. Antena merupakan
suatu sarana atau piranti pengubah sinyal listrik (tegangan/arus) menjadi
sinyal elektromagnetik (sebagai pemancar). Sinyal elektromagnetik inilah yang
akan dipancarkan melalui udara atau ruang bebas (sehingga sampai ke penerima).
Sinyal
yang dipancarkan oleh antena pemancar akan ditangkap oleh antena penerima.
Dalam hal ini, antena merupakan suatu sarana atau piranti pengubah sinyal
elektromagnetik menjadi sinyal listrik (tegangan/arus) (sebagai penerima).
Demodulator pada bagian penerima akan men-demodulasi (yaitu proses balik dari
modulasi) sinyal listrik menjadi sinyal informasi seperti aslinya. Agar antena
dapat bekerja dengan efektif, maka dimensi antena harus merupakan kelipatan
(orde) tertentu dari panjang gelombang radio yang digunakan (misalnya antena ¼
λ, antena½ λ dan lain-lain).
C.
Alokasi Frekuensi
Rentang
frekuensi yang ada harus diatur penggunaannya (disebut alokasi frekuensi)
sedemikian rupa sehingga sistem-sistem radio yang ada tidak saling mengganggu.
Bidang frekuensi yang digunakan untuk telekomunikasi menempati rentang dari 3
kHz hingga 3 THz (Tera = 1012). Dengan pengaturan alokasi frekuensi, maka
setiap sistem yang menggunakan
komunikasi radio akan memiliki rentang
frekuensi kerja tersendiri yang berbeda dengan rentang frekuensi kerja sistem
yang lain. Kenyataan ini juga akan meminimalkan resiko interferensi oleh karena
penggunaan frekuensi yang sama oleh dua atau lebih sistem yang berlainan.
Interferensi juga sering disebabkan oleh penggunaan filter yang kurang baik,
sehingga terjadi kebocoran frekuensi.
Pada
tabel berikut ini, diperlihatkan salah satu contoh alokasi frekuensi untuk
beberapa sistem radio.
Jangkauan
|
Bidang Frekuensi
|
Penggunaan
|
3 – 30 KHz
|
VLF (Very Low Frequency)
|
Maritim dan militer
|
30 – 300 KHz
|
LF (Low
Frequency)
LW (Long
Wave)
|
Aeronotika, navigasi,
radio transoseanik
|
300
– 3000 KHz
|
MF (Medium Frequency)
MW (Medium Wave)
|
Siaran
AM
|
3 – 30 MHz
|
HF (High Frequency)
SW (Short Wave)
|
Radio CB, radio amatir
|
30 – 300
|
MHz VHF (Very High Frequency)
|
Radio bergerak, TV VHF, siaran FM, aeronotika
|
300 – 3000 MHz
|
UHF (Ultra High Frequency)
|
TV UHF, satelit, radio bergerak
|
3 – 30 GHz
|
SHF (Super High Frequency)
|
Rele radio gel. mikro
|
30 – 300 GHz
|
EHF (Extremely High Frequency)
|
Radio dengan pemandu gelombang
|
Tabel
2.1 Alokasi Frekuensi
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Radio Komunikasi Tambang Tertutup
Sistem
komunikasi pertambangan sedikit berbeda dengan sistem komunikasi radio biasa,
karena topografi area tambang yang biasanya terdiri dari bukit-bukit dan lembah
sehingga mempersulit komunikasi antara HT dan Radio Komunikasi Rig. Terutama
pada Tambang tertutup atau bawah tanah.
Gambar 3.1
Topologi Komunikasi Radio Bawah Tanah
Sistem terdiri dari beberapa
bagian sebagai berikut :
1.
Main
repeater
Adalah repeater utama yang menghubungkan
beberapa repeater yang mengcover seluruh lokasi tambang.
2.
Open
Area Repeater
Repeater ini digunakan untuk
berkomunikasi antara beberapa HT dan Rig yang berada dalam satu area .
3.
Underground
Repeater
Repeater yang digunakan di dalam
tambang bawah tanah. Untuk dapat terhubung dengan area lain maka repeater ini dihubungkan
dengan link repeater di permukaan tambang(Portal)
4.
Mobile
Repeater
Repeater portabel yang digunakan
untuk aktivitas insidentil yang bisa dipindah-pindah dengan cepat dan praktis
5.
ROIP
(Radio Over Internet Protocol)
Supaya kantor pusat bisa memonitor pembicaraan di area tambang maka
dari Main repeater dapat dihubungkan melalui internet dengan alat yang disebut
ROIP.
B.
The MagneLink Magnetic Communication System
Dari
berita New York, sebuah sistem baru yang dikembangkan oleh perusahaan Lockheed
Martin, dengan menggunakan gelombang magnetic bisa untuk mengirim suara dan
pesan. "The MagneLink Magnetic Communication System bekerja seperti radio,
tapi dengan frekuensi yang rendah. Tidak seperti gelombang radio, energi
magnetic bisa memenetrasi batubara dan batu," kata Dave LeVan, peneliti
dari Lockheed, seperti yang dikutip dari Popular Science, Selasa (10/8/2010).
Gambar 3.2
Sistem MagneLink
Sistem
tersebut bisa menyambungkan gelombang pendek radio para penambang yang biasa
digunakan, tapi dengan jangkauan yang lebih luas dan bisa mencapai permukaan. Masing-masing
sistem MagneLink terdiri dari dua unit, satu di permukaan, dan satu lagi di
dalam tambang. Unit yang berada di dalam tambang adalah yang tahan ledakan dan
hanya menggunakan tenaga yang kecil. Sistem MagneLink ini akan ditempatkan di
daerah-daerah pertambangan.
Sistem
MagneLink bisa mengirimkan pesan teks dan suara seperti radio. Setiap unitnya
sudah termasuk keyboard untuk menulis pesan dan sebuah alat untuk merekam
suara. Baterainya bisa bertahan sampai 24 jam dan dinyalakan hanya dalam
keadaan darurat saja. Lockheed Martin sudah mengujicoba sistem tersebut bulan
lalu dan berhasil di dalam pertambangan dengan kedalaman 2,800 kaki.
Warren
Gross, manajer proyek dari Magnelink, berkata bahwa sistem tersebut sudah bisa
disertifikasi oleh pemerintah dalam waktu beberapa blank ke depan. Lockheed
Martin bekerjasama dengan National Institute of Occupational Safety and Health
untuk mengembangkan sistem ini. Sistem Magnelink ini diharapkan menjadi langkah
baru dalam standar keamanan pertambangan.
C.
Slope Stability Radar (SSR)
Dalam
dunia pertambangan dikenal adanya suatu alat monitor pergerakan alat berat yang
disebut dispatch. Alat ini bekerja dengan mengirimkan sinyal dari masing-masing
alat berat di area kerja pit melalui repeater yang disebar di seluruh area
kerja pit yang kemudian sinyal dari alat-alat berat tersebut diteruskan menuju
ke control room yang berada di kantor, sehingga dapat diketahui posisi, hingga
jumlah fuel yang masih tersedia dalam alat berat tersebut.
Gambar 3.3 Slope Stability Radar
Sistem
monitoring geoteknik untuk tambang juga saat ini telah menggunakan jaringan
telekomunikasi wireless. Seperti yang terdapat pada alat monitoring bernama SSR
(Slope Stability Radar) yang berfungsi memantau pergerakan suatu lereng
tambang, apakah stabil atau tidak stabil. Data hasil pemantauan tersebut
kemudian dikirimkan melalui jaringan wireless repeater yang tersebar di area
tambang yang kemudian sinyal tersebut di terima di kantor pemantauan geoteknik.
Data hasil pemantauan tersebut berupa angka-angka pergerakan dari masing-masing
lereng yang terpantau dengan alat SSR tersebut. Sistem teknologi komunikasi digital
tersebut berfungsi memaksimalkan produksi tambang dan memonitor adanya
retakan-retakan tanah yang dapat menimbulkan patahan tanah ataupun longsor
karena katifitas tambang. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan
tambang, kerusakan lingkungan, dan korban jiwa akibat aktifitas tambang.
Salah
satu cara umum untuk memantau kestabilan suatu lereng adalah dengan cara
melakukan pemantauan terhadap suatu area tertentu yang menunjukkan pergerakan
kecil, yang biasanya terjadi sebelum lereng tersebut jatuh atau longsor. Slope
Stability Radar (SSR) digunakan untuk monitoring area untuk mendapatkan pola
pergerakan lereng yang lebih jelas dan akurat. Selanjutnya untuk memberi
peringatan dini terhadap resiko longsor lebih lanjut, prediksi waktu longsor dilakukan
menggunakan metode yang dikemukakan oleh Voight, berdasarkan teori accelerating
creep dalam persamaan nonlinear time-displacement. Velocity threshold kemudian
di hitung berdasarkan nilai kecepatan yang di dapatkan pada saat longsor. Slope
Stability Radar (SSR) telah dikembangkan untuk melakukan pemantaun secara
kontiniu terhadap suatu lereng untuk memantau deformasi spatial yang terjadi
pada suatu permukaan. Pergerakan kecil yang terjadi pada lereng dapat di
deteksi dengan akurasi sub-milimeter dengan teknik interferometry. Pengaruh
variasi kondisi atmospheric dan sinyal semu dapat direduksi dengan melakukan
processing rata-rata sinyal yang diterima. Keuntungan utama menggunakan Slope
Stability Radar (SSR) dalam melakukan pemantauan kestabilan lereng adalah dapat
melakukan pemantauan suatu area yang cukup luas tanpa memerlukan target
(reflector) atau peralatan lainnya yang ditempatkan pada lereng. Serta
gelombang radar mampu melakukan penetrasi pada kondisi hujan, berdebu, ataupun
berkabut, sehingga pemantauan kestabilan lereng dapat dilakukan secara kontiniu
24 jam perhari nonstop.
D.
Sistem Node Berbasis
Sistem
berbasis Node mengacu pada sistem yang menggunakan antena diskrit terhubung ke
transceiver kecil yang disebut “node”. Sistem komunikasi berbasis Node untuk
tambang batu bara dapat dirakit dari sejumlah teknologi yang berbeda. Wireless
Fidelity (Wi-Fi), juga disebut jaringan area lokal nirkabel (WLAN), adalah
dasar dari satu sistem berbasis simpul yang digunakan untuk tambang batubara
bawah tanah. Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa banyak perangkat dan
jaringan mendukung IP, menawarkan berbagai aplikasi yang potensial seperti
pemantauan video atau remote control melalui internet. Dalam sistem ini, node
akses perlu berkomunikasi dengan node gerbang terletak di pusat operasi
tambang, yang menyediakan link komunikasi ke fasilitas permukaan dan persediaan
pesan routing informasi dan data lainnya ke node akses. Link backhaul adalah
dari node akses ke node gerbang melalui kabel, serat, atau link radio lainnya.
Beberapa variasi proprietary sistem Wi-Fi menggunakan link nirkabel antara node
sebagai link backhaul alternatif.
Menggunakan
radio UHF adalah pendekatan lain untuk komunikasi berbasis simpul. Dalam
lingkungan tambang batubara bawah tanah, radio UHF dapat berkomunikasi secara
langsung satu sama lain melalui jarak yang signifikan, mungkin kaki 1,000.
Untuk memperluas jangkauan komunikasi, perlu untuk menggunakan repeater (juga
disebut node) sebagai komponen antara dalam komunikasi rute.
Komunikasi
hubungan antara pengirim dan penerima umumnya dari pemancar ke udara, udara ke
node, node ke node ke node (yaitu dimungkinkan juga melibatkan beberapa node),
dan, akhirnya, node ke udara ke penerima. Perhatikan bahwa link node-to-node
juga melalui udara. Cara di mana gelombang radio UHF perjalanan melalui udara
dalam tambang batu bara berbeda melalui udara di permukaan. Dalam sebuah
tambang bawah tanah, terowongan pembukaan memandu gelombang UHF, yang memantul
dari dinding, lantai, dan atap. Terowongan bertindak sebagai panduan, atau
pipa, untuk mengangkut gelombang radio. Efek ini membimbing penting karena
memberikan kontribusi pada hilangnya kekuatan sinyal di link RF melalui udara,
yang menentukan jangkauan efektif link komunikasi.
Gambar
3.4. A Route Wireless Menggunakan Dua Menengah Nodes
Jumlah
node yang berpartisipasi dalam hubungan antara pengirim dan penerima akan
tergantung pada lokasi dari radio dan node dan jalur atau rute yang diambil
melalui node untuk menghubungkan radio. Gambar 3.5 menunjukkan enam node (titik
oranye bernomor) di sebagian tambang. Rute dari pengirim ke penerima bisa
melalui node 1-2-3-6, atau 1-4-5-6, atau salah satu dari beberapa kombinasi
lainnya yang mungkin node.
Gambar
3.5. Sistem Komunikasi Node (Oranye Dots) Berdasarkan
Untuk jaringan UHF, kabel serat optik atau konduktor logam dapat menghubungkan node dalam entri ke tambang. Namun, karena node UHF baik menerima dan mengirimkan sinyal UHF, koneksi nirkabel adalah mungkin, dengan tidak ada kabel yang dibutuhkan.
Selain itu, setiap node dapat berisi sebuah komputer kecil yang diprogram untuk mendeteksi ketika node lain berada dalam jangkauan RF dan identitas yang node. Komputer secara otomatis dapat membuat sambungan nirkabel antara node. Ketika pengirim dan penerima ingin menghubungkan, komputer bekerja di konser untuk menentukan rute optimal antara node yang berpartisipasi.
Gambar
3.6 menunjukkan tampilan cutaway tambang dengan simpul berbasis sistem
komunikasi UHF. Titik oranye menunjukkan rute sinyal RF antara dua penambang.
Haruskah sebuah insiden terjadi yang menonaktifkan salah satu node, adalah
mungkin untuk komputer simpul untuk mengenali kerugian dan untuk menentukan
rute baru untuk membangun kembali link komunikasi, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.7.
Gambar
3.6. UHF Node Berbasis Sistem Komunikasi
Gambar
3.7. Node Berbasis Jaringan Menetapkan Alternatif Komunikasi Jalur
Sebagaimana
ditunjukkan, sistem komunikasi berbasis simpul UHF dapat dibuat cukup kuat
(misalnya, mampu membangun kembali atau mengkonfigurasi ulang sendiri setelah
kecelakaan). Untuk memberikan jalur komunikasi alternatif setelah kecelakaan,
dua persyaratan harus ada: (1) Harus ada cukup node dalam jangkauan RF dari
satu sama lain untuk membentuk rute alternatif bila diperlukan. Persyaratan ini
sebagian merupakan masalah biaya; node tambahan biaya uang tambahan. (2) Simpul
harus mampu secara otomatis konfigurasi ulang jaringan. Ini berarti bahwa
produsen harus menginstal chip komputer dan pemrograman yang tepat ke dalam node.
Jenis
jaringan berbasis simpul yang dijelaskan di atas, dengan menggunakan radio UHF
sebagai contoh, adalah jaringan mesh. Ada berbagai jenis jaringan mesh. Sebuah
jaringan jala di mana semua node, termasuk radio penambang, dapat relay lalu
lintas jaringan dan secara otomatis mengkonfigurasi ulang jaringan atas setiap
rute yang sewenang-wenang secara real time adalah jaringan jala ad hoc. Sebuah
jaringan jala yang hanya dapat mengkonfigurasi ulang secara periodik adalah
mesh dibatasi, misalnya, di mana konfigurasi ulang tergantung pada yang telah
ditetapkan rute alternatif, atau salah satu di mana perangkat penambang tidak
bisa menyampaikan lalu lintas. Sebuah jaringan jala penuh adalah jaringan di
mana setiap node terhubung ke setiap node lain dengan link fisik langsung
komunikasi. Sebuah jaringan jala parsial adalah jaringan di mana setiap node
terhubung ke beberapa node lain, tetapi tidak untuk semua node. Karena tambang
room-and-pilar dapat memperpanjang untuk km, full mesh mungkin mustahil. Node
dalam Angka 3.6 dan 3.7 dapat berkomunikasi dengan outby berdekatan dan node
inby, serta simpul yang berdekatan di potong tersebut. Node ini membentuk
jaringan mesh parsial.
E.
Sistem Pelacakan Manual di Bawah Tanah
Tujuan
dari sistem pelacakan adalah untuk merekam siapa yang bawah tanah dan di mana
mereka berada. Pusat operasi tambang menampilkan informasi ini di permukaan,
sehingga dalam keadaan darurat bawah tanah, pekerja penyelamat efektif dapat
merencanakan operasi mereka. Bila menggunakan pelacakan manual, pada awal
setiap shift, mandor tambang menyediakan operator dengan daftar nama orang dan
di mana mereka akan berada di tambang. Setelah tanah, jika penambang perlu
pergi ke daerah yang berbeda untuk bekerja, penambang memberitahu operator
menggunakan telepon sambungan bawah tanah. Dispatcher kemudian update daftar. Pelacakan
manual memiliki sejumlah keterbatasan. Seorang penambang dapat melaporkan
lokasi sebagai dalam bagian kerja, tetapi yang dapat cukup luas, mungkin
meliputi dua mil persegi. Kadang penambang akan lupa untuk memberitahu operator
ketika berpindah lokasi kerja. Juga, operator memiliki banyak tugas dan mungkin
tidak tersedia ketika penambang panggilan untuk memberitahukan permukaan
perubahan lokasi. Dalam keadaan darurat, sistem telepon mungkin tidak
operasional. Sistem pelacakan elektronik dapat mengatasi sebagian besar, jika
tidak semua, dari keterbatasan ini.
F.
Pembaca berbasis Sistem Pelacakan
1.
Radio Frequency Identification (Zona-Based)
Hampir
semua department store memiliki piring sensor vertikal dekat pintu mereka, yang
pembeli harus melewati perjalanan mereka keluar dari toko. Jika pelanggan tidak
dibayar untuk barang dagangan, alarm berbunyi. Radio Frequency Identification
(RFID) adalah dasar untuk sistem keamanan seperti ini. Dalam item yang dibeli
adalah tag kecil, biasanya sekitar ukuran prangko, yang mengandung sebuah
sirkuit elektronik. Pelat sensor vertikal di pintu keluar terus memancarkan
sinyal RF. Pelat sensor pembaca RFID. Jika sinyal reader mencapai tag
(menginterogasi itu), tag mengirim kembali respon yang terdeteksi dan dibaca
oleh pelat sensor dan alarm dibunyikan. Pada checkout, tag adalah de-diaktifkan
bila barang yang dibeli dioleskan pada daerah tertentu dari meja, menghasilkan
medan magnet yang berinteraksi dengan sirkuit tag, sehingga bisa dioperasi.
Sebuah
tingkat yang lebih maju dari pelacakan RFID dapat digunakan untuk melacak
lokasi penambang bawah tanah. Untuk memperluas jangkauan tag-to-reader, tag
aktif digunakan. Tag aktif memiliki baterai internal untuk daya transmisi
sinyal. Tag adalah radio yang sangat kecil, mampu mengirim dan menerima pesan.
Setiap penambang memakai tag yang mentransmisikan pengenal unik. Setiap kali
penambang melewati dalam kisaran RF dari pembaca, itu menginterogasi tag.
Pembaca relay informasi deteksi ke lokasi pusat (biasanya pusat operasi
tambang) melalui kabel, melalui kabel serat optik, atau bahkan tanpa kabel.
Setiap pembaca RFID memiliki identifikasi sendiri dan lokasi yang terkait
dengan identifikasi itu. Ketika pembaca diberikan menginterogasi tag, kemudian
meneruskan informasi tersebut kepada pusat operasi, personel di pusat tahu
bahwa penambang berada dalam jarak tertentu dari lokasi itu pembaca.
Gambar 3.8 Zona berbasis RFID Tracking
Gambar
3.8 menunjukkan contoh pembaca RFID (lingkaran biru) dipasang di tambang.
Setiap pembaca memiliki lokasi yang terkait dengan penanda survei (lingkaran
hitam, masing-masing dengan nomor unik). The oval biru menggambarkan berbagai
RF masing-masing pembaca. The oval merah menunjukkan kisaran RF tag penambang.
Miner A berada dalam kisaran RF dari pembaca di survei penanda 58301. Miner B
tidak dalam jangkauan setiap pembaca, tetapi jika ia baru saja meninggalkan
pembaca di penanda 58289, lokasi itu akan menjadi posisi terakhir tercatat nya.
Ini adalah RFID berbasis zona-karena setiap pembaca hanya mendeteksi tag dalam
jangkauan RF atau zona.
2.
Sistem Pelacakan Radio Node Berbasis
Sistem
pelacakan berbasis simpul Radio menggunakan komponen fisik yang sama sebagai
sistem komunikasi berbasis simpul. Pelacakan berbasis simpul Radio menggunakan
lokasi diketahui node posisi tetap sebagai titik acuan. Setiap radio genggam
memiliki pengenal yang unik yang ditugaskan untuk itu dan pengenal dikaitkan
dengan penambang tertentu. Sebuah simpul tetap dengan lokasi yang dikenal
terkait dengan radio dengan ID unik dan ditugaskan untuk penambang tertentu,
maka lokasi penambang diketahui. Mirip dengan sistem RFID, resolusi terbatas
pada node spasi.
Menerapkan
konsep yang sama dari membandingkan kekuatan sinyal radio (RSSI), yang
digunakan dalam teknik RFID terbalik, RSSI dapat digunakan untuk menentukan
seberapa jauh radio penambang, dan dengan demikian penambang, adalah dari node.
Dalam sistem RFID terbalik yang menggunakan RSSI, tag dalam tetap, lokasi yang
dikenal, dan penambang memakai penerima yang dapat mendeteksi dan mengukur
sinyal yang dipancarkan oleh tag. Karena sistem komunikasi UHF berbasis node
memiliki semua komponen yang diperlukan untuk menerapkan teknik RSSI, tidak
memerlukan tag RFID. Dalam sistem berbasis node, node akses dan / atau radio
penambang membuat pengukuran kekuatan sinyal; maka sistem berbasis simpul
menyediakan baik komunikasi dan pelacakan dalam satu sistem.
Posisi
node cukup dekat sehingga ada cakupan komunikasi terus menerus memungkinkan
radio genggam untuk menerima sinyal dari beberapa node dan untuk menentukan
kekuatan sinyal. Setiap sinyal juga berisi informasi yang mengidentifikasi node
dari mana ia datang. Dalam beberapa sistem, informasi menumpuk di radio
penambang dan kemudian mengirimkan kembali ke pusat operasi tambang untuk
analisis. Sistem lain membandingkan kekuatan sinyal yang diterima dari dua atau
lebih node di radio penambang. Lokasi diselesaikan dengan menggunakan RSSI, yang
menentukan jarak penambang dari masing-masing node dalam jangkauan RF
penambang.
Gambar
berikut menggambarkan fitur utama dari sistem pelacakan berbasis simpul radio.
Busur merah merupakan sinyal RF ditransmisikan dari node. Ilustrasi muncul
hampir identik dengan penggambaran komunikasi berbasis simpul, itulah sebabnya
pelacakan elektronik mudah untuk menerapkan dalam sistem komunikasi berbasis
simpul.
Gambar 3.9 Pelacakan Radio Node Berbasis
Sayangnya,
ada banyak faktor dalam lingkungan tambang bawah tanah yang memperkenalkan
ketidakpastian dalam penentuan RSSI lokasi. Faktor-faktor ini mencakup
penyumbatan yang mengurangi atau menghilangkan line-of-sight antara node akses
dan penambang, termasuk stoppings, peralatan dalam entri, ternyata di entri,
undulasi dalam lapisan batubara, dll Dengan ketidakpastian ini, lokasi
penambang tidak dapat ditentukan untuk lebih dari sekitar setengah jarak dari
jarak antara node.
G.
Menghubungkan 2 Repeater Radio di Lokasi (site) Berbeda
Kadangkala
kita memiliki 2 lokasi site yang berbeda, di tiap site kita memiliki repeater
untuk berkomunikasi antar personil dai lapangan. Ketika kita ingin
mengintegrasikan2 site menjadi satu maka kita membutuhkan sistem Link yang
memiliki logika OR. Maksudnya adalah ketika di site A berbicara maka site B
mendengarkan, demikian sebaliknya. Untuk itu kita membutuhkan COR (Carrier
Operated Relay) yang dilengkapi dengan sistem OR tersebut.
Gambar 3.10 Dua
Repeater Radio di Dua Lokasi
H.
Berbicara Dengan Radio Komunikasi di Industri Pertambangan
Mengemudikan
kendaraan di jalan angkut batubara atau di area tambang akan menjumpai beberapa
bahaya, dimana salah satunya adalah bahaya tabrakan. Tabrakan bisa terjadi
antar unit sarana dengan unit sarana lain, unit kendaraan berat dengan unit kendaraan
berat lain atau antara kendaraan berat dengan kendaraan sarana. Untuk
menciptakan suasana aman dan nyaman kepada semua pengemudi kendaraan, maka
selain dengan usaha pemasangan rambu dan aturan lalu lintas masih ada lagi satu
kontrol tambahan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya tabrakan antar
pengguna jalan yaitu dengan cara pemasangan radio komunikasi.
Berikut adalah petunjuk tentang tata cara dan bagaimana seharusnya anda
mengoperasikan radio komunikasi :
A.
Menghidupkan Radio Komunikasi :
1.
Hidupkan radio komunikasi setelah anda
mengidupkan kendaraan anda, dengan cara menekan tombol power .
2.
Pilihlah channel radio sesuai dengan channel
radio yang ditentukan di area anda berada, dengan cara memencet tombol panah ke
atas dan ke bawah.
3.
Sesuaikan
volume suara radio dengan memutar tombol volume.
B.
Memonitor dan Berbicara melalui Radio dan
tindakan yang harus dilakukan :
1.
Saat anda mengemudi dengarkan atau perhatikan
suara yang muncul dari radio komunikasi tersebut.
2.
Biasanya secara periodik akan muncul suatu
informasi bahaya yang disampaikan oleh pengawas dari Controll Room , Posko,
Dispacth Km 10, Dumping bin, Crusher ataupun petugas lain atau pengawas yang
langsung melaporkan dari lapangan.
3.
Informasi yang disampaikan biasanya berisi
tentang :
a.
Adanya unit yang menyalib unit lain
b.
Terdapat kegiatan perbaikan jalan di Km
tertentu
c.
Adanya unit yang berhenti di pinggir jalan
karena kerusakan atau penggantian ban
d.
Adanya pengemudi yang minta ijin diberi
prioritas ketika melewati jalan yang menyempit karena jalan longsor atau
melewati unit breakdown .
e.
Mobilisasi alat berat dengan menggunakan unit
Low boy.
4.
Bila dari dalam radio tersebut muncul
informasi atau pemberitahuan tentang adanya mobilisasi low boy, maka perhatikan
apakah posisi lowboy berdekatan dengan posisi anda. Untuk di ketahui bahwa
pergerakan low boy di jalan angkut batubara atau jalan tambang selalu
diinformasikan di channel radio ke seluruh pengguna jalan. Pergerakan unit low
boy yang mengangkut alat berat ini selalu dikawal oleh kendaraan sarana.
5.
Segeralah meminggirkan unit untuk memberi
prioritas bila anda berpapasan dengan Low boy.
6.
Kemudian bilamana anda bermaksud akan menyalib
unit lain yang berjalan pelan di depan anda, maka sebelumnya wajib minta ijin
terlebih dahulu dengan berkomunikasi melalui radio . Pergunakanlah Bahasa
Indonesia dengan kata-kata yang simple / sederhana ketika minta ijin dan
hindari perbincangan yang terkesan mengobrol dan bersenda gurau.
7.
Jangan pula memotong pembicaraan orang lain
bila mana orang tersebut sedang menyampaikan informasi penting .
C.
Contoh Ucapan yang digunakan dalam
berkomunikasi :
1.
+ Bapak operator Trailler 515 di
Km 11.500, kalau depan aman, sarana dibelakangminta ijin nyalib?
-
Bila ada jawaban “aman pak! maka silahkan , langsung saja!” maka anda bisa menyalib.
-
Namun bila ada jawaban : “Nanti dulu pak di depan masih ada unit lain”, maka jangan menyalib!
2.
+ Di Km 12.500. unit Break Down, apakah ada
unit di jalur kosongan yang mau lewat? Muatan (Trailler Batubara)
mau masuk…, mohon antisipasi! Bila anda sedang berada di jalur kosongan
tepatnya di sekitar Km 12,650, maka jawablah dengan: “Ya , silahkan masuk” , (sambil anda memperlambat jalan atau berhenti untuk memberi prioritas jalan bagi unit muatan)
3.
Bila kendaraan anda mengalami kerusakan, maka
pasanglah traffic cone atau segitiga pengaman serta informasikan melalui radio,
“Diinformasikan ke seluruh pengguna channel 7
(misalnya), ada unit sarana sedang breakdown di 10,500, jalur kosongan. Mohon
semua pengguna jalan untuk antisipasi!”
D.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi
radio yang dimaksud adalah komunikasi tanpa kabel yang memanfaatkan udara
(ruang hampa/free space) sebagai media transmisi untuk perambatan gelombang
radio (yang bertindak sebagai pembawa sinyal informasi). Banyak beberapa cara
yang bisa dipakai dalam pembahasan komunikasi radio di Industri pertambangan.
Dapat menggunakan Sistem Topologi Komunikasi Radio Bawah Tanah, dapat
menerapkan sistem MagneLink, Slope Stability Radar (SSRR), dan Sistem Node
Berbasis. Terdapat juga sistem pelacakan. Selain itu juga banyak sistem-sistem
yang lain yang dapat diaplikasikan. Dan juga demi menjaga keamanan dalam
komunikasi, terdapat petunjuk tentang tata cara dan bagaimana seharusnya mengoperasikan
radio komunikasi, yaitu
bagaimana cara menghidupkan radio komunikasi, memonitor dan berbicara melalui
Radio dan tindakan yang harus dilakukan, dan contoh ucapan yang digunakan
selama berkomunikasi.
B.
Saran
Untuk bekerja
di Industri pertambangan, memang perlu adanya ilmu yang mendalam tentang
komunikasi radio. Hal tersebut agar lancar dan sukses dalam mengemban sebagai
pekerja di Industri pertambangan. Dan Kesehatan dan keselamatan kerja itu
sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Damayanti,
paulina. 2004. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi. http://paulinadamayanti.blogspot.co.id/2015/04/pemanfaatan-teknologi
komunikasi.html. Diakses pada tanggal 09 September 2016.
-
FM
User. 2014. Dasar Tutorial Komunikasi Wireless dan Pelacakan Elektronik:
Ikhtisar Teknologi http://id.fmuser.net/content/?1105.html. Diakses pada
tanggal 09 September 2016
-
Kirana,
citra. 2016. Radio Komunikasi Tambang
Tertutuphttp://www.radiokomunikasidata.com/2016/06/radio-komunikasi-tambang-tertutup.html.
Diakses pada tanggal 09 September 2016
-
Susilawati,
indah. 2009. Kuliah9-Sistem Komunikasi Radio. https://meandmyheart.files.wordpress.com/2009/09/kuliah-9-komunikasi-radio.pdf.
Diakses pada tanggal 09 September 2016
-
Taufiqurrakhman,
ahmad. 2010. Sistem Komunikasi Terbaru untuk Pertambangan.
http://techno.okezone.com/read/2010/08/10/56/361684/sistem-komunikasi-terbaru-untuk-pertambangan.
Diakses pada tanggal 09 September 2016
-
Wikipedia.
2014. Sejarah Radio. https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio. Diakses pada
tanggal 09 September 2016