Penerimaan Diri Apa Adanya Adalah Modal Awal Untuk Sukses
Ingatkah anda ketika remaja berkaca di depan cermin,
mengomentari diri sendiri dengan nada tidak puas? Setiap lekuk wajah, bentuk
mata, ukuran hidung, bibir, jerawat di pipi ...., rasanya semua mengecewakan.
Dan hari itu setelah selesai berkaca, rasanya kaki terasa berat untuk melangkah
karena merasa tidak percaya diri (PD) dengan kondisi fisik yang dimiliki, tidak
bisa menerima kondisi diri seperti itu.
Kita sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain;
" Mengapa saya tidak sepandai kakak saya" Mengapa saya tidak sekaya
teman saya " Mengapa saya tidak secantik dia" dan sebagainya. Umumnya
orang cenderung melihat dirinya sebagai orang yang kurang beruntung, sedangkan
orang lain berada dalam pihak yang beruntung, bernasib baik, sukses, bahagia
dan sebagainya. Lalu mulailah mengandai-andai, "andai saya sesukses
dia" "Andai saya sekaya dia, " Andai saya sepintar dia, "
Andai saya sehebat dia, dan sebagainya..." betapa bahagianya saya.....
Keasyikan membanding-bandingkan diri dengan orang,
membuat kita jadi lupa melihat diri kita sendiri. bahkan kita takut memandang
diri kita sendiri, takut melilhat hal-hal dalam diri kita sendiri. Akibatnya, yang kita lihat
adalah orang lain bukan kita sendiri. Dan lebih lagi, orang yang kita jadikan pembanding tidak
merasa punya kelebihan. Kalau kita membanding-bandingkan diri kita seperti itu
dengan orang lain, apakah mungkin kita akan menyukai diri kita sendiri. Perilaku
seperti ini jelas memperlihatkan sikap tidak realistis dalam memandang dan
memahami diri sendiri yang mengakibatkan kegagalan besar dalam menerima dan
berdamai dengan diri sendiri (bersifat qona'ah).
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلعم عَلَىْكُمْ بِالْقَنَاعَةِ فَإنَّ الْقَنَاعَةَمَالٌ لاَ يَنْفَدُ *رواه الطبرانى
Dari Jabir berkata, Rosululloh Shollallohu 'alaihi
wassalam bersabda : tetapilah qona'ah (menerima apa adanya), sesungguhnya
qona'ah merupakan harta yang tidak akan habis.
Setiap manusia dikaruniai anugerah kelebihan-kelebihan
tertentu (spesifik), tapi yang semua orang bisa memiliki adalah
kejujuran, keberanian, ketekunan, kemurahan hati dan kerendahan hati
serta solidaritas. Hal tersebut tidak lahir dengan sendirinya, namun dari
diri kita yang mau mengembangkan kelebihan-kelebihan tersebut. Kalau kita
memiliki kemauan untuk mengembangkan diri kita, maka kita akan bersyukur,
senang dan bangga menerima diri kita.
A. Pengertian Menerima Diri (Self-Acceptance)
Penerimaan diri adalah dimana kita menerima segala
kelemahan dan kelebihan kita atau menerima segala sesuatu yang ada di dalam
diri kita, menerima segala hal yang telah terjadi dalam kehidupan dan diri
kita. Sehingga sikap kita memandang diri sendiri sebagaimana adanya dan
memperlakukan diri kita secara baik disertai rasa syukur, senang dan bangga
sambil terus mengusahakan kemajuan.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah :
1. Dari mana
munculnya sikap menerima itu?
2. Mengapa kita
harus menerima?
3. Sampai
seberapa jauh seseorang harus menerima?
Menerima diri sendiri memerlukan kedaran dan
kemauan melihat fakta-fakta yang ada pada diri kita, baik secara jasmaniyah
maupun rohaniyah, menyangkut berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada,
menerimanya secara total tanpa adanya kekecewaan. Pernyataan ini bukan berarti
sikap menerima diri apa adanya tanpa kemauan untuk melakukan perubahan atau
perbaikan, yaitu pasif dan pasrah menerima nasib tanpa adanya ikhtiar. Yang
dimaksud adalah menerima diri harus dianggap sebagai suatu prakondisi menuju
perubahan demi kebaikan lebih lanjut yang berangkat dari potensi yang telah ada
pada diri kita masing-masing.
Penerimaan dapat digunakan dibanyak aspek,
seperti penerimaan akan diri, kenyataan hidup, keluarga, dan sebagainya. Tapi
hal yang mendasar adalah penerimaan akan dirikita sendiri karena hal tersebut
sangat mempengaruhi penerimaan kita dalam kehidupan di segala aspek lainnya.
Dengan adanya penerimaan diri, kita dapat melakukan perubahan di dalam diri
kita dan kehidupan kita. Bagaimana kita dapat mengubah sesuatu jika kita masih
menyangkal bahwa hal tersebut ada dan pernah terjadi?
Apa yang membuat kita sulit untuk menerima diri kita?
Mungkin saat ini kita masih sering mencela
atau mengkritik diri sendiri dengan nada tidak puas. Setiap pekerjaan rasanya
tidak ada yang bagus, tidak ada yang baik. Akhirnya penilaian terhadap diri
sendiri menjadi buruk, penerimaan diri sendiri menjadi negatif. Ujung-ujungnya
kita juga sering mencela atau mengkritik orang lain. Memberikan penghargaan
pada orang lain menjadi hal yang ‘mahal’ untuk diucapkan.
Mengapa
seseorang sulit menerima dirinya sendiri? Tidak pernah puas dengan apa yang
diperoleh dan dimilikinya? Tidak pernah menghargai usahanya sendiri bahkan
usaha orang lain? Banyak kemungkinan yang menyebabkan seseorang sulit untuk
menerima diri sendiri. Barangkali kita berasal dari keluarga dimana orang tua
lebih sering mengkritik anak-anaknya ketimbang memuji. Kita tumbuh menjadi orng
yang tidak terbiasa untuk cepat puas, selalu merasa kurang, dan akhirnya sulit
untuk menerima diri sendiri bila ada kekurangan di dalamnya. Bagaimanapun
kondisi kita di masa lalu, saat ini sebagai seseorang yang ingin maju dan
berkembang. Kita diharapkan dan dituntut dapat menerima diri sendiri.
Penerimaan diri dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut :
1. Pengharapan (expectation).
Sering kali apa yang kita harapkan terhadap diri kita berbeda dengan kenvataan.
Timbullah kekecewaan, hal ini mempersulit kita untuk berfikiran dan melihat
masalah secara jernih. Dan semakin tinggi harapan kita akan sesuatu, akan
semakin rendah tingkat penerimaan kita.
2. Budaya di dalam keluarga.
Hal ini mempengaruhi karena lingkungan yang pertarna kali anak kecil ketahui
adalah keluarga. Yang dimana di dalam keluarga diajarkan banyak hal (value/nilai
moral, prinsip dan lain-lain). Terkadang apa yang diajarkan kepada anak berbeda
dengan apa yang dilihat anak di luar dan hal ini menyebabkan kebingungan yang
semakin lama akan menjadi menimbulkan konflik pada diri anak itu sendiri. Tidak
dipungkiri bahwa di dalam tiap-tiap keluarga memiliki budaya yang berbeda.
Tidak menutup kemungkinan satu sama lainnya salah membandingkan. Jika tidak
adanya informasi dan penjelasan yang jelas akan menjadi sulit lah penerimaan
itu terjadi.
3. Rasa sakit (pain).
Rasa sakit yang dirasakan karena hal-hal yang pernah terjadi dalam kehidupan
seseorang, pengaruh karena adanya pengalaman rasa sakit tersebut dan minimnya
informasi yang dimiliki orang tersebut, akan menirnbulkan suatu kemarahan yang
disimpan dalam diri dan akan mempengaruhi pola pikir orang tersebut. Rasa sakit
tersebut akan menciptakan suatu mekanisme diri dalam menerima diri sendiri.
4. Ketidakseimbangan antara hati dan
pikiran. Sering kali kita lebih menggunakan hati kita dari pada pikiran
kita, begitupun sebaliknya. Sedangkan untuk menerirna, diperlukan keseimbangan
antara hati dan pikiran.
Keempat faktor di atas mempengaruhi disebabkan karena tiap-tiap manusia
memiliki kebutuhan-kebutuhan mendasar, nilai-nilai, prinsip dan budaya yang
berbeda. Kita perlu untuk menyadari akan hal tersebut pada tahap awalnya.
Penerimaan diri yang sehat itu seperti apa?
Kita perlu sehat dengan diri sendiri, orang yang sehat mental adalah orang
yang mau menerima kondisi dirinya sendiri apa adanya, dan orang tersebut senang
dan bahagia dengan diri sendiri. Orang yang dapat menerima diri sendiri,
biasanya adalah orang yang juga mampu untuk menerima orang lain apa adanya.
Tidak memaksakan orang lain untuk melakukan yang diminta, menghargai usaha
orang lain, bersikap hormat, tidak dikendalikan oleh ambisi yang tidak
realistis, tidak terlalu banyak mengeluh, tidak mudah tersinggung, belajar
mengendalikan kemarahan dengan benar, tidak terobsesi atau trauma pada keadaan
masa lampau, serta tidak menuntut orang lain untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Penerimaan diri terbentuk bila ada agreement (berdamai) dengan diri sendiri untuk
kita menghargai, validated (tervalidasi), menerima dan mendukung
diri kita pada saat ini, meskipun untuk hal-hal yang ingin kita ubah di dalam
diri kita.
Bagaimana untuk memulai dan merawat penerimaan diri?
Hal pertama yang perlu adalah kita mengenali diri kita, setelah itu kita
menyadari segala hal yang menjadi kelemahan dan kelebihan kita. Hal ini dapat
terjadi jika kita jujur. Menerima diri kita harus mengakui kekurangan dan
kelebihan yang ada dalam diri kita sendiri sehingga kita bisa mencintai dan menghargai
diri kita seutuhnya. Hukum
universal tentang kepercayaan adalah apa saja yang benar-benar kita percayai
dengan penuh perasaan, insya Alloh akan menjadi realita. Sebagamana firman Alloh dalam sebuah hadits hudsi
:
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : أنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِى , فَلْيَظُنَّ بِى مَا شَا ءَ * رواه أحم
Alloh
Azza wa Jatta berfirman ; Akn beserta persangkaan hambaKu kepadaKu, maka
bersangkalah hamba kepadaKu apa-apa yang dia kehendaki.
Seseorang yang terus menerus meyakinkan dirinya sendiri, akhirnya akan
mempercayai juga, terlepas dari apa yang diyakininya benar atau salah. Jadi
pikiran "saya bisa melakukannya","saya positif”, "saya
sehat", "saya sukses" sama kuatnya dengan "saya tidak mampu",
"saya bodoh", “saya sakit-sakitan". "saya elalu bernasib
sial".
Memahami dan menerima diri sendiri menjadi amat penting dalam kesuksesan
kita. Mempercayai akan anugerah potensi diri yang Alloh berikan dalam diri
kita, akan meningkatkan respek diri (rasa hormat) dan semakin memperbaiki citra
diri. Penerimaan diri akan mendorong tumbuhnya emosi-emosi positif dan menekan
emosi-emosi negatif. Jadi jangan tanggapi siapapun yang mencoba meremehkan diri
kita, karena kitalah raja bagi
kehidupan yang kita pilih sendiri.
Penerimaan diri ini dipengaruhi oleh self
concept (kesadaran kita
terhadap keunikan dan seluruh struktur kepribadian krta), self image (cara kita memandang diri kita
sendiri) dan self esteem (harga diri kita). Kesemuanya ini
terbentuk dari proses yang panjang, yang merupakan hasil dali pengalaman kita
dalam berinteraksi dengan orang lain. Teorinya, orang vang memiliki penerimaan
diri yang tinggi, yang percaya dirinya tinggi, akan sangat terbuka dengan orang
lain. Ia tidak malu mengakui mempunyai banyak kelemahan yang dia miliki tanpa
menutupi banyak juga sisi positif di dalam dirinya. Ini bisa terjadi karena
orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan merasa nyaman
dengan dirinya, bisa menghargai dirinya .Dan juga bisa mengahargai orang lain
'apa adanya. Hal ini membuat orang lain merasa nyaman untuk terbuka bila
bersamanya. Wilayah keterbukaan ini memang sangat krusial dalam membuat
pergaulan kita menjadi harmonis dan semakin mendalam.
Tidak semua orang bisa membuka diri dengan nyaman kepada orang lain. Ada
banyak hal yang membuat seseorang seperti menjaga jarak, atau wilayah
pribadinya tertutup kepada orang lain. Diantaranya adalah pengalaman di masa
kecil yang kurang diterima dan dihargai oleh lingkungan. Misalnya, bila seorang
anak kecil selalu dibilang “kamu bodoh” oleh orang tuanya, padahal ia sama
sekali tidak bodoh, maka kata-kata ini akan membentuk konsep diri negatif, bahwa ia adalah orang yang bodoh. Pengalaman masa kecil ini akan terekam kuat dalam
memori sang anak hingga ia dewasa. Meskipun demikian, tidak berarti hal ini
tidak dapat diubah. Proses perbaikan pribadi yang terus menerus akan bisa
menghapus konsep diri yang negative ini, insya Alloh. (CAI 2008)
0 comments:
Post a Comment